PENGUSAHA BUTUH BANTUAN PEMDA SETEMPAT
LEBIH DARI 10 Tahun Memproduksi 10.000 Bungkus / Hari
Babat, Lamongan - kulinerkuliner.com
Usaha jajanan makanan asli daerah kini membutuhkan bantuan dari pemerintah daerah. Dengan kapasitas produksi yang tidak sedikit para pengusaha jajanan oleh-oleh ini bisa meningkatkan perekonomian rakyat. Taruhlah satu usaha kecil yang saya dapatkan ketika keluarga saya, Bunga Lily baru pulang dari Malang. Dia membawakan saya oleh-oleh untuk keluarga saya berupa oleh-oleh khas Wingko babat asli dan brem khas Jawa Timur di samping buah coklat yang asam.
Lalu dari mana sebenarnya wingko babat asli ini berasal? Apakah wingko babat ada hubungannya dengan soto babat yang terkenal itu? Yang jelas Babat adalah nama kecamatan di kabupaten Lamongan, bukan jeroan kambing seperti babat yang kita bayangkan.
Nah dari tempat inilah nama wingko babat diberikan. Ya Kecamatan Babat memang sangat terkenal dengan jajanan wingkonya. Tak sedikit warga kecamatan Babat yang memproduksi wingko, sehingga nama wingko Babat menjadi terkenal hingga kini meski tak banyak memberikan perubahan yang berarti buat PAD khususnya kabupaten Lamongan. Ya, siapa yang tak kenal dengan makanan asli khas Lamongan, seperti Soto Lamongan, pecel lele dan pecel ayam khas Lamongan. Dan ternyata Wingko Babat asli juga datang dari Lamongan.
Membahas wingko babat babat sebagai makanan yang terbuat dari ketan, kelapa dan menggunakan gula pasir sebagai pemanisnya seperti akan lebih asik bila langsung bertemu dengan sang produsen aslinya langsung. Karena penasaran saya langsung menelepon pak Imam Rozi K.S. si pengusaha wingko babat. Ini lebih hemat daripada saya meluncur langsung ke kabupaten Lamongan.
Pak Imam Rozi ternyata sudah lebih dari 10 tahun tepatnya tahun 1990 dia memulai usaha produksi wingko babatnya dengan modal 3 juta rupiah. Bila dulu ia memproduksi dengan karyawan keluarganya, kini lelaki beranak 3 itu sudah memperkerjakan sedikitnya 15 orang untuk membuat wingko. Hmmm, sebuah usaha kerja keras yang lumayan hebat.
Sayangnya perjuangan pak Imam ini sepertinya tidak mendapat bantuan dari pemerintah setempat. Terbukti kesejahteraan keluarga pak Imam masih belum bisa dikatakan makmur apalagi kaya berkecukupan. Anak pertama pak Imam yang lulusan STM saja masih harus membantu usahanya memproduksi wingko. Padahal pak Imam sudah membantu pemerintah daerah dengan menciptakan lahan pekerjaan buat lingkungannya, meskipun baru sedikit yakni 15 orang.
Wingko Babat Loe Lan Ing yang terkenal sejak 1951 |
Sayangnya pemasarannya terbilang tradisional. Satu pak kontainer plastik atau tas plastik berisi 15 bungkus wingko dihargai hingga Rp 15.000,- meski ada di lain tempat yang seharga Rp 10.000,- sementara menurut pengakuan pak Imam, harga bakul darinya hanya Rp 5.000,- atau paling mahal Rp 6.000,- Betapa ngejomplangnya harga produsen dengan harga pedagang eceran.
Sepertinya jadi pedagang eceran lebih baik nasibnya daripada produsen. Lain halnya dengan Wingko Babat merk Loe Lan Ing yang memang mempunyai harga mahal. Wingko Babat Loe Lan Ing memang sudah lebih dulu berproduksi, konon sejak tahun 1951. Sang pengusaha Cina ini telah dikenal sejak dulu dengan merk LLI, dan kini memproduksi aneka rasa wingko babat. Ada yang coklat, vanila dan lainnya. Untuk pengusaha seperti ini mungkin tak ada masalah dengan permodalan.
Tapi wingko babat sendiri memang tergantung dari musim penjualannya. Setidaknya demikian yang dikatakan oleh Imam. "Lakunya tidak tentu, paling laku ya pada musim orang-orang pulang kampung," ungkap Imam melalui telpon kepada kulinerkuliner.com (6/12). Berarti pada saat liburan sekolah, lebaran dan liburan panjang saja penjualan wingko babat bisa melonjak dan memberikan keuntungan yang lumayan. Wajar bila kehidupannya pak Imam masih belum semewah para pengusaha Soto Lamongan.
Tapi untuk produksi 10.000 bungkus wingko babat setiap harinya merupakan presasi tersendiri sambil menunggu perbaikan nasib dan bantuan dari pemerintah setempat. Wingko Babat bisa menjadi sumber penghasilan khusus bagi PAD kabupaten Lamongan, dengan cara memberdayakan pengusaha kecil seperti pak Imam ini. Semoga saja hal ini bisa menular ke daerah lainnya demi perbaikan nasib bagi rakyat banyak. Amin
Sidik Rizal - kulinerkuliner.com
Wingko Babat ASLI Special IMAM ROZI K.S.
Sawo - Babat - Lamongan
Telp : (0322) 455743
Depkes RI Nomor : 206.352.401.285
SP Nomor : 285/3524/04 - GPHD : 14-06-94 BDOP : 9-999
USAHA SAMPINGAN WINGKO BABAT
Sumber: bisnis UKMWingko atau sering disebut juga Wingko babat adalah makanan tradisional khas Indonesia. Wingko adalah sejenis kue yang terbuat dari kelapa dan bahan-bahan lainnya. Wingko sangatlah terkenal di pantai utara pulau Jawa.
Kue ini sering dijual di stasiun kereta api, stasiun bus atau juga di toko-toko kue. Di pulau Jawa, Wingko juga sering menjadi oleh-oleh untuk keluarga, yang menjadikan kue ini terkenal. Wingko biasanya berbentuk bundar dan agak keras serta biasa disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil-kecil.
Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue kecil yang dibungkus kertas. Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini nikmat. Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek wingko ini.
Terkenal di Semarang, Berasal dari Babat
Wingko yang paling terkenal dibuat di Semarang. Ini menyebabkan banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota ini. Meskipun demikian, wingko babat sebenarnya berasal dari Babat.
Babat terletak di dekat Bojonegoro, Jawa Timur yang terkenal akan kayunya dan karena baru saja ditemukan sumber minyak di daerah ini. Di Babat, yang merupakan kota kecil dibandingkan dengan Semarang, Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah ini.
Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan wingko ini diambil dari daerah-daerah sekitar tempat ini. Saat ini sudah banyak wingko dengan berbeda merek dan besar yang dijual. Banyak Wingko yang saat ini masih menggunakan nama Tionghoa.
Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek wingko ini. Kue ini memiliki tingkat kegagalan yang rendah, mengingat pembuatannya tidak diperlukan teknik fermentasi atau pengocokan telur yang rumit.
Namun rasanya, luar biasa. Legitnya ketan dan gurihnya santan terasa lezat di lidah. Apalagi aroma wangi vanili semakin menggugah selera.
Wingko ERBE
Pada waktu dikursus membuat yangko, wingko, bakpia dan kue jajan pasar oleh pihak Deperindag tahun 1999, warga kotagede dengan nama Djimzanah ini mencoba usaha membuat yangko.
Namun setelah dipraktekkan nenek dari cucu bernama Yoga ini, mempunyai kendala dalam hal permodalan. Memang usaha ini dilakoninya masih dalam skala usaha rumahan, sehingga dengan modal yang sedikit namun dengan keinginan yang kuat untuk membiayai anaknya kuliah saat itu bu Djimzanah berganti haluan membuat wingko.
Awalnya wingko produksi bu Djimzanah ini hanya dibungkus plastik ditempatkan didalam mika dengan lebel dipotong potong kecil. Namun atas anjuran dari dinas deperindag agar usahanya berkembang untuk kalangan menengah ke atas, ditempatkan wingko produksinya dalam dus dengan nama ERBE Rahmat Basuki dan juga dilengkapi dengan lebel sertifikasi halal dari MUI.
Dijual 9500 rupiah per dus
Wingko ERBE ini dijual 9500 rupiah per dusnya dengan isi 10buah. Proses pembuatan wingko ini sebenarnya gampang gampang susah. Kelapa yang sudah diparut dikukus agar awet tidak cepat basi bersama adonan tepung dan telur. Dalam tempat lain gula direbus bersama santan dan sedikit garam, setelah mendidih campuran gula ini dituangkan kedalam adonan kelapa parut yang telah dikukus tadi.
Kemudian ditambahkan vanili dan sedikit tepung kanji. Adonan kemudian dicetak dalam wajan khusus membuat wingko dan kemudian dibakar. Pada proses pembakaran inilah yang bisa dibilang susah, karena dibutuhkan ketepatan agar hasil yang didapat tidak gosong dan bisa bertahan dalam kurun waktu yang agak lama untuk bisa dikonsumsi.
Hal inilah yang menjadi kendala proses pembuatan wingko, “susah sekali cari orang yang telaten mbakar mbak,” ungkap bu Djimzanah. “karena kalo gak pinter ya hasilnya jadi cepet njamur,” imbuhnya.
Jadi sementara ini semua proses produksi masih ditangani sendiri dengan bantuan anaknya. Setelah adonan dibakar kering kemudian dimasukan kedalam oven agar hasil bisa lebih awet lagi.
Dalam penjualannya bu Djimzanah melakukan sistem drop ke toko-toko dan jika wingko ada yang tidak laku terjual maka wingko akan kembali. Dan jika hal ini terjadi bu Djimzanah akan membawa wingko tersebut ke kumpulan pengajian yang diikutinya.
Simulasi Keuntungan Usaha Wingko Babat
PemasukanProduksi 16 dus x 10= 160 dus : Rp. 1.520.000,-
Pengeluaran
Kemasan : Rp. 900.000,-
Bahan baku produksi : Rp. 110.000,-
Operasional : Rp. 90.000,-
Total : Rp. 1.100.000,-
Keuntungan
Laba bersih 1.520.000 – 1.100.000 : Rp . 420.000,-
Resep Kue Wingko babat
BalasHapusKue Wingko babat
Untuk 32 buah
Bahan Resep Kue Wingko babat
150 gram tepung ketan putih
300 gram kelapa parut kasar
1/8 sendok teh vanilli bubuk
1/4 sendok teh garam
200 gram gula pasir
1 butir telur
150 gram santan kental instan
Cara membuat Kue Wingko Babat
1. Campur tepung ketan putih, kelapa parut kasar, vanili bubuk, dan gula pasir. remas-remas sampai gula larut
2. Tambahkan telur. Aduk rata. Tuang santan sedikit-sedikit sambil diuleni rata. masukkan nangka. aduk rata
3. Pipihkan adonan. bentuk bulat
4. Panaskan wajan datar yang dioles tipis dengan minyak. panggang wingko sampai matang sambil dibolak balik.
Kue ini memiliki tingkat kegagalan yang rendah, mengingat pembuatannya tidak diperlukan teknik fermentasi atau pengocokan telur yang rumit. Namun rasanya, luar biasa. Legitnya ketan dan gurihnya santan terasa lezat di lidah. Apalagi aroma wangi vanili semakin menggugah selera. Resep/Dapur Uji/Food Stylist/Foto: Budi Sutomo
BalasHapusWingko Babat
Bahan:
Tepung ketan 500 g
Tepung kanji 50 g
Gula pasir 350 g
Santan kental dari 1 butir kelapa 250 ml
Kelapa setengah tua, kupas, parut memanjang 350 g
Margarin 1 sdm
Daun pandan, simpulkan 1 lembar
Garam halus ½ sdt
Pasta vanili/vanili bubuk ¼ sdt
Daun pisang/kertas minyak untuk alas
Olesan, aduk rata:
Kuning telur 2 butir
Margain ½ sdm
Cara Membuat:
1.
Didihkan santan, gula pasir, garam dan daun pandan. Rebus hingga mendidih dan tekstur agak mengental.
2.
Di tempat terpisah, campur tepung ketan, tepung kanji, kelapa parut, margarin dan vanili, aduk rata. Tambahkan rebusan santan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk-aduk hingga kalis dan berminyak.
3.
Siapkan loyang yang sudah dialasi dengan daun pisang atau kertas minyak. Tuang adonan wingko, ratakan.
4.
Panggan di dalam oven bertemperatur 160oC selama 20 menit, keluarkan kue dari oven, olesi permukaanya dengan bahan olesan. Panggang kembali kue selama 25 menit atau hingga kue matang dan berwarna kuning kecokelatan. Angkat, dinginkan.
5.
Potong-potong kue, bungkus dengan plastik mika atau kertas minyak. Masukkan dalam kemasan bok karton. Wingko siap dipasarkan.
Untuk ± 20 Potong
Tip: Untuk variasi rasa dan menghendaki wingko berwarna cokelat, tambahkan 2 sdt pasta cokelat dan 2 sdm bubuk cokelat ke dalam adonan wingko. Memotong wingko sebaiknya saat adonan sudah dingin agar bentuk potongan bagus.
Kalau doyan Wingko Babat, coba dech Wingko Babat Loe Lan Ing. Setahu g Loe Lan Ing itu pelopor Wingko babat yang pertama. Harganya memang relatif lebih mahal dibandingkan yang lain, tapi gak nyesel dech belinya. Kelapanya berasa bgt, wangi, legit (gak keras), gurih, dan manisnya passss gitu loh.
BalasHapusApalagi kalo datang langsung kesana, trus makan wingkonya yang masih panas” (fresh from the oven)……… Mmmhhhhh………………..mak nyussss…………. rasanya.
Kalo penasaran, please visit:
Pabrik wingko loe lan ing (LLI)
Jl.Raya 189, Babat, Lamongan
Ph.0322-451077 – 451481 – 454003
Atau telepon aja dan minta dikirim via kurir ke tempat kalian (kemarin g beli banyak sich bisa dikirim ke Jakarta).
Pokoknya ueeeenakkkkk tenan dech………..